BAB I Perebutan Abadi Wilayah Sarua
Ini kali keempat klan Kumpulan bertempur melawan klan Wanda dalam setahun ini. Kedua klan menjadi penghuni Daratan – begitulah kedua klan menyebut Pulau yang mereka diami – yang selalu saja bertempur memperebutkan wilayah. Taktik klan Kumpulan untuk menyerang dan menguasai wilayah Sarua pada hari terakhir dan menjelang tengah malam di tahun 3008 memang jitu adanya. Walau wilayah ini dapat dikuasai dan musuh dipukul mundur, tiada sorak-sorai kemenangan.
Komandan tempur klan Kumpulan, gugur menggenaskan. Terpenggal kepalanya oleh jenderal perang musuh, seorang wanita yang terkenal bengis dalam pertempuran.
Wanita ini selalu bergerak indah dan efisien, menyerang langsung ke titik-titik fatal lawan, tanpa ampun. Wajah seorang jenderal perang klan Wanda ditutup topeng hitam dalam peperangan, sehingga musuh tidak dapat mengenali wajah yang sebenarnya. Topeng menutup hampir seluruh wajah, hanya meninggalkan bagian mulut dan dagu yang dibiarkan tetap terbuka.
Nama jenderal perang klan Wanda - mereka menyebut istilah komandan tempur pada klan Kumpulan dengan jenderal perang - pun bukanlah nama yang sebenarnya. Setelah pengangkatan seorang jenderal perang dalam klan Wanda, maka nama aslinya diharamkan untuk disebut. Jenderal perang mereka sebut dengan Nowa, yang artinya nomor dua. Disebut demikian karena tiada yang lebih tinggi jabatannya selain pemimpin klan. Dan pemimpin klan Wanda adalah Ratu dan secara tradisi harus selalu dipimpin oleh seorang wanita. Petinggi dalam klan Wanda sering menyebut ratunya dengan sebutan Noji, singkatan dari nomer siji yang berarti nomer satu, orang yang paling berkuasa pada klan Wanda. Klan Wanda memang dikenal dengan seringnya menggunakan bermacam-macam singkatan dalam bahasanya, disamping menggunakan gabungan bahasa Jawa dan Sunda dalam tata bahasanya.
Wanda adalah singkatan dari Jawa dan Sunda. Konon menurut catatan-catatan sejarah terdapat dua suku bangsa besar yang mendominasi dalam daratan disamping terdapat puluhan etnis lain. Suku Jawa dan suku Sunda yang paling banyak populasinya. Dahulu sebelum terpecah hanya menjadi dua klan terjadi perang-perang kecil antar sesama puluhan etnis tersebut. Kemudian dalam perang etnis ini terjadi aliansi-aliansi yang pada akhirnya mengkristal pada dua klan saja, yakni klan Kumpulan dan Wanda. Dan perang masih terus berlanjut.
Masih menurut cerita sejarah, setelah pertempuran panjang berpuluh-puluh tahun dimulai pada awal tahun 2700an yang melibatkan hampir semua bangsa dengan menggunakan persenjataan yang tidak terbayangkan canggihnya, hampir seluruh bangsa yang ada musnah, dan sebagian besar dunia tidak berpenghuni manusia lagi. Bangsa-bangsa yang tidak terlibat perang umumnya adalah bangsa yang tidak maju dan terkebelakang pada saat itu. Walau tidak ikut berperang namun akibat dari adu persenjataan maha dasyat menimbulkan pengaruh yang luas sampai kepada wilayah bangsa-bangsa yang tidak ikut berperang. Selama ratusan tahun wilayah dari bangsa-bangsa yang tidak ikut berperang menjadi ikut rusak dan sulit untuk dihuni oleh manusia akibat tercemar radiasi.
Tahun 2749 sewaktu dunia kehidupan mulai pulih, daratan - sebagaimana kedua klan menyebutnya - wilayah yang merupakan cikal bakal kedua klan ini tinggal, kembali diporak-poranda dengan dua bencana alam yakni meletusnya gunung Toba di utara dan gunung Tambora di bagian timur dalam tenggang waktu yang sangat berdekatan. Ledakan dasyat gunung Tambora yang efeknya bagi Daratan melebihi kedasyatan perang besar awal tahun 2700an telah memancing ledakan yang tak kalah dasyatnya pada Gunung Toba pada tahun berikutnya. Daratan, pada bagian Utara dan Timur telah hancur dan diduga tidak menyisakan kehidupan manusia. Perang dasyat, letusan mega gunung berapi telah banyak merubah alam. Air laut menjadi lebih tinggi dan sangat berombak. Daratan yang tadinya bernama Pulau Jawa hanya tersisa kurang lebih seperempatnya. Hanya menyisakan apa yang dulu disebut dengan wilayah Jabodetabek - sekarang tinggal sebagiannya saja - dan sebagian Jawa Barat. Dan peradaban kembali mundur jauh, sangat jauh sebelum ditemukannya persenjataan yang maha dasyat itu.
Klan Kumpulan dirundung perasaan yang campur aduk. Kemenangan perang saat ini tidak membuat mereka dapat berpesta merayakannya. Wilayah Sarua ini menjadi wilayah rebutan selama ratusan tahun karena wilayah paling subur dan sangat kaya dengan sumber alam seperti pohon, tumbuh-tumbuhan, makhluk hidup lain dan air. Sebelum perang sengit ini, wilayah Sarua telah diduduki oleh klan Wanda selama kurang lebih 4 tahun. Sebelum itu, klan Kumpulan menguasai wilayah subur ini selama 3 tahun. Begitulah, Sarua menjadi perebutan abadi.
Pendeta, nama komandan tempur klan Kumpulan telah gugur dengan kepala terpenggal demi wilayah ini.
Seorang pemuda gagah usia 20 tahunan, penuh peluh dan simbah darah, berjalan gontai dari jarak sekitar 5 meter dari potongan kepala Pendeta. Baju perang yang dikenakannya terbuat dari potongan-potongan lempengan besi seadanya, membuat suara berisik. Terus berjalan mendekati potongan kepala tadi, rebah di tanah dan menangis sejadi-jadinya sambil menciumi wajah dari potongan kepala tadi. Suaranya parau.
“Abangku… Komandanku… Pendeta… ohh…Pendeta!,”, isak pemuda ini.
Ya, Pendeta, sang komandan tempur, adalah abang kandung dari si Pemuda. Suara paraunya terdengar sampai jauh. Seluruh pasukan yang tersisa dari klan Kumpulan mendekat, menciptakan suara berisik yang berirama. Mereka membuat semacam lingkaran.
Bandot, seorang sahabat sejati sang pemuda, prajurit sejati yang paling berani mendekat sambil membopong potongan tubuh Pendeta yang tanpa kepala. Merebahkan potongan tubuh tadi dekat dengan potongan kepala.
Beberapa saat kemudian, dia menundukkan kepalanya dan berbisik pelan sekali kearah telinga kanan sang pemuda.
“Kawanku, sudahlah…, tangismu cukupkan. Jangan sampai melemahkan prajurit-prajurit gagah berani yang masih tersisa ini.” Bandot menepuk-nepuk pundak sang pemuda, kemudian merangkul dan membantunya berdiri.
Sesaat sang pemuda masih terisak, namun seketika mimik wajahnya berubah bengis. Darah dari kepala Pendeta yang tersimbah di wajahnya menetes-netes, dan sorot matanya yang tiba-tiba sangat mencorong, urat pada leher dan dahinya menegang tertonjol, membuat wajahnya menjadi sangat menyeramkan.
Dia mengepalkan tinjunya keudara dan berteriak lantang, “Aku, Militant, bersumpah atas darah abangku yang masih basah di wajahku dan atas nama para pahlawan klan Kumpulan yang telah gugur, akan memenggal Nowa dan akan membunuh tanpa sisa klan Wanda..!!!”
“Aku bersumpah..aku bersumpah…AKU BERSUMPAHHHH…..!!!.” teriaknya tiga kali yang diikuti oleh semua prajurit tempur yang tersisa dengan berteriak dan mengepalkan tinju ke udara, ”Husshhhaaaaaa……. husssshhhhaaa…. HUSSSHHHAAAA…!!!.”
Husha adalah yel-yel penyemangat yang sering diteriakkan klan Kumpulan
Bisa-bisanya kau ngarang kayak gini. Tapi keren lah....Husha
ReplyDelete