Thursday, January 22, 2009

Bisnis Hantu

Awal tahun 2006..

Aku membuka usaha resto masakan khas Medan-Melayu. Dipertegas melayunya karena ini makanan halal. Ga ada babi nya coy....
Cukup membanggakan karena hasil dari 3 bulan pertama seperti yang dibayangkan. Kan pake riset dulu, ceileee gaya..
Cukup rame. Masukan saat itu adalah tambah meja-kursi, karena membludaknya "pemakan" saat makan siang tiba.
Aku penuhi dengan hati berbunga-bunga.

Memasuki bulan keempat, omset drop secara perlahan. Bahkan pada bulan-bulan keenam, tidak jarang omset per hari cuma Rp. 50ribuan. Pengunjung hanya seliweran di depan resto, tanpa menoleh. Ada apa??

Dengan wajah yang meradang aku adakan briefing menjelang resto tutup. Jam 9 malam.
Aku coba review dan analisa. Tidak ada yang salah dalam menjalankan resto.
Seluruh kebijakan telah diterapkan. Semua strategi tempur sudah dikeluarkan. Jurus-jurus paling ampuh ternyata juga sudah dikuras.

Hmmm...ada apa ini?
Tiba-tiba, seorang karyawan yang masih terhitung saudara, walau saudara jauh, angkat bicara.
Karyawan ini diyakini oleh seluruh teman-temannya mempunyai special gift dalam hal penampakan. Dia bisa melihat hal gaib, bahkan setiap hari, setiap jam, setiap menit dan setiap detiknya.

Karyawan : "Om (dia memanggil aku dengan om), saya ingin menyampaikan sesuatu. Tapi saya ragu karena om bisa ngata-ngatain saya gila".

Om (aku maksudnya) : "Kenapa.. ngomong ajalah".

K : "Sebenarnya kejadian ini terjadi karena hal yang berbau mistik".

Om : "Maksudmu? Ngomong yang blak-blakan ajalah. Tuntaskan penjelasanmu!"

K : "Beberapa bulan lalu, saya melihat penampakan. Ada hantu perempuan cina lengkap dengan baju cinanya. Dia kelihatannya tidak begitu jahat. Hanya sekali-kali suka menyentuh masakan. Dan masakan yang baru mateng, panas-panas, langsung basi akibat sentuhannya."

Sebagai catatan, ibuku sendiri pernah menyaksikan dan melaporkan kejadian suatu masakan yang baru selesai dimasak, baru saja diangkat dari kompor, terlihat berbuih dan mengeluarkan aroma masam. Ketika dicicip, rasanya memang sudah masam basi.
Kemudian pernah ada keluhan dari repeat customer yang selalu makan di resto dan sekali-kali "take-away" buat disantap dirumah. Dia bilang, masakan yang dibungkus ternyata basi dan sempat dimakan oleh anaknya, kemudian anaknya mencret-mencret. Walau tidak berkelanjutan yang penting muencret!

K (lanjutan cerita karyawan tadi): "Setelah itu, sepertinya hantu berganti menjadi makhluk tinggi besar dan berbulu, wajahnya seram dan sama sekali tidak bersahabat. Saya penasaran dan konsultasi dengan Oma saya. (omanya di lingkungan kami terkenal sebagai "orang pinter"). Oma bilang bahwa makhluk berbulu itu membuat resto kita mengeluarkan aura tidak menarik dan dia ditugaskan seseorang yang berhati jahat untuk membuat sepi resto kita".

O : "waduh.. Kata oma kamu siapa yang jahat itu".

K : "Di depan resto sebelah pojok banget ada warung tegal".

O : "Warung tegal?? Kenapa saingan kita warung tegal...segmen nya beda bukan?"

K : "Bukan om..eh..segmen apaan om?". (ini sih karanganku doang yah...jangan serius-serius kali)

Aku coba ingat-ingat. Beberapa hari pada bulan-bulan pertama resto resmi berdiri, aku coba berkunjung ke resto dari mulai buka di pagi hari yaitu jam 07.00 sampai menjelang tutup. Dalam ingatanku, layer pengunjung yang datang begini:

Pagi hari sebelum jam masuk kantor ada beberapa karyawan-karyawan sarapan. Kemudian setelah jam masuk kantor, kira-kira jam 9.30-10.30 sopir-sopir para karyawan kantor berdatangan sekedar ngopi, ngeteh, ngobrol, ngerokok, ngindomi dan ngadem. Lantas mulai jam 11.30-13.30 membludak dengan karyawan yang makan siang. Telepon juga berdering heboh untuk pesan-antar. Jam 2.30-4.30 sopir-sopir berdatangan dengan aktifitas "ng" tadi (jangan mikir jorok bung..ini resto halal!). Terakhir jam 5-7 sore ada beberapa karyawan menggantikan posisi para sopir tadi untuk "ng", sekedar menunggu macet reda.

Nahhh...aku tau. Kalaulah cerita hantu tadi benar, maka yang membuat warteg menjadi jahat adalah karena pasarnya telah kami rebut tuntas, yakni para sopir-sopir tadi. Dengan tambahan bayaran sedikit (=tipissss banget ini) lebih mahal, para sopir telah menemukan "base-camp" yang nyaman, pake AC cing!
Kami rebut tuntas!

Singkat cerita, aku mengambil beberapa langkah penting.
  1. Memanggil pendeta untuk mendoakan resto dari roh-roh jahat. Hasilnya cukup aneh. Misalkan didoakan hari ini, maka kurang lebih seminggu, resto kembali ramai. Namun setelah itu kembali sepi. Karyawanku yang punya special gift menjelaskan bahwa, si warteg selalu membawa hantu baru yang semakin hebat ilmunya... Ck..ck..ck...believe it or not. Spooky ha...?
  2. Terus melakukan terobosan-terobosan baru dalam menjual. Menu baru, member card, discount, ganti seragam dan attitude baru, sebar flyer, dan lain-lain. Hasilnya tidak juga mendongkrak. Hanya jidatku semakin mengkerut karena cost yang keluar tidak menimbulkan efek income yang seimbang.
  3. Sosialisasi dengan lingkungan termasuk dengan pemilik warteg. Aku pernah sengaja mendatangi warteg. Ternyata pemiliknya seorang ibu, rada gemuk dan sangat sederhana. Anehnya begitu aku duduk, si ibu langsung menyapa dengan, "sepi ya mas restorannya...banyak yang ngeluh mas..katanya restonya banyak asep". Memang pernah sekali waktu, dan ini hanya sekali terjadi pada saat awal pembukaan resto, mesin exhaust ngadat sehingga full asap.
Setelah berjuang selama kurang lebih setahun dan tidak dapat mengembalikan omset seperti 4 bulan pertama, maka aku menutup usaha resto ini. Mungkin hasil risetku sebelum membuka resto keliru, atau mungkin masakan resto ini tidak enak. Tapi yang jelas, jujur saja, ada kejerian dan kengerian yang timbul dalam hati.

Andai cerita hantu itu benar, maka imbas pertempuran antara restoku dan warteg bisa liar dan berkepanjangan. Bagiku untuk menutup resto walau berat namun aku masih bisa bernafas dan melirik peluang-peluang bisnis lain, tapi bagi si pemilik warteg, sepinya pengunjung warteg akan membuat seluruh hidupnya akan habis. Bagi dia ini perjuangan hidup-mati.

Aku memutuskan untuk menyerah kalah untuk alasan-alasan diatas (silahkan pilih).
Dan andai cerita hantu ini benar adanya, bisnis hantu agaknya menggiurkan. Indonesia ini kawan...penuh cerita aneh!

No comments:

Post a Comment