Makan siang yang telat di sebuah resto kecil daerah Cibinong
Restonya kecil, sehingga segala percakapan pengunjung kalau kita sedikit konsentrasi untuk menyimak, maka pastilah tertangkap oleh indera pendengar.
Saat itu sudah tidak terlalu ramai lagi pengunjung. Hanya ada aku dan sekelompok orang, sebanyak tiga orang, yang masih menikmati makan siang. Oh, maaf, sebetulnya mereka sudah selesai makan siang, hanya tinggal kongkow-kongkow nya saja. Mereka masih menyisakan piring-piring kosong bekas makan siang diatas meja dan mengisinya dengan abu rokok dan puntungnya, walau asbak juga tersedia didepan mereka. Ngobrol dengan merokok dan meninggalkan banyak asap.
Aku sendiri masih melahap bihun kuah panas dan jeruk hangat sebagai minuman.
Kelompok ini sepertinya terdiri dari seorang pimpinan dan dua anak buahnya. Sepertinya pegawai pemerintah, entah dari instansi mana. Yang jelas pimpinan ini mendominasi dan menasehati kedua anak buahnya untuk lebih bersungguh-sungguh dalam melayani masyarakat. Dia menasehati untuk tidak mengharapkan imbal balik dari pelayanan mereka. Dan jika ada yang menerima persenan dari masyarakat agar menolak secara halus dan segera melaporkan pada dirinya. Begitu idealis pimpinan ini.
Sekilas pembicaraan ini tidak ada yang aneh. Sampai suatu ketika aku penasaran, kutolehkan dan kuamati sebentar kelompok orang yang sedang asik merokok ini.
Kedua orang yang kuduga anak buah ini, masih muda belia, usia kurang lebih 25 tahunan paling top. Penampilan sederhana, bersahaja polos. Terlihat serius mengamati dan manggut-manggut. Dari raut wajah terkesan sangat mendewakan sang pimpinan.
Pimpinan aku amati.
Hmmm...kira-kira seusiaku. Rambut tertata rapi, mungkin menggunakan sapuan styling gel, wajah segar mengkilat, berkumis yang juga rapi. Kemeja rapi dan bermerk, jam tangan juga merk mahal, sebelah tangan lagi menggunakan gelang magnet dan cincin emas ber-berlian. Menggunakan kalung emas bergram besar, celana bahan yang terstrika kinclong, sepatu hitam kulit dan terpoles indah.
Dan beberapa menit kemudian ketiga orang ini menyudahi makan siang dan berangkat pergi meninggalkan resto kecil dan aku sendirian. Mobil yang digunakan oleh pimpinan Honda CRV terbaru, plat hitam.
Karena aku sudah cukup "berumur" untuk menilai orang, maka tak kuasa aku tersenyum simpul. Aku teringat dengan banyak kejadian serupa, yang mirip dengan sketsa kehidupan tadi. Kuat dorongan dalam benakku bahwa si pimpinan tadi sedang "nge-bulshit-in" bawahannya.
Hehehe..sudah ahhh.. Masa aku tersenyum terus.. Sudah..sudah...
Jadi ingat cerita lama. Mungkin tidak berkaitan langsung, tapi bisalah dikait-kaitkan..
Kota kecil di Jawa Tengah, awal tahun 1993, di sebuah kantor kecil.
Seorang kawan yang tidak merokok selalu mengeluh karena terganggu oleh asap rokok dari teman-temannya, termasuk punyaku.
Saat sedang terganggu itu, dia mendatangi mejaku.
Kawan :
"Fren, lu udah berapa tahun ngerokok? Sejak tahun berapa?"
Aku :
"Kurang lebih baru 5 tahunlah. Aku ngerokok aktif pas kuliah deh... Kenapa?"
Kawan :
"Hmmm...sehari berapa bungkus?"
Aku :
"Sebungkus sih..kenapa?" (aku mulai terganggu)
Kawan :
"Wah..sayang banget yah.. Lu tau gak lu itu buang-buang duit. Fren, duit sedang lu bakar!" (dia mengambil kalkulator dan mulai hitang-hitung)
Aku :
"Udah..bosen gw dengernya...basi..". (aku meneruskan pekerjaan, nyuekin dia)
Kawan :
"lu udah ada kendaraan belum..motor lah misalnya? Yang duit lu sendiri yah belinya..!"
Aku :
"belum.., kenapa emangnya!!" (aku sudah mendelik nih)
Kawan :
" Nih gw itungin... sebungkus rokok 5000 perak (saat itu harga rokok masih segitu kali..), setahun 360 hari, jadi 5 tahun itu duit yang seharusnya lu kumpul udah sembilan juta lebih dullll! Lu bisa beli motor dahhhh....! Pikir mennnnn...ngerokok aja luh!"
Sejenak aku terdiam. Saat aku mulai setuju dengan pendapatnya, aku iseng bertanya.
Aku:
"Kau pernah ngerokok??"
Kawan:
"Uhhh sori dehh..sebatangpun ga pernah!" (mukanya sombong habissss)
Aku:
"Kau udah punya motor? Yang kau beli sendiri pake uangmu yah??"
Kawan:
"Belon..lu kan tau gw ke kantor masih nge-bis!" (rada nyolot tampangnya)
Aku:
"Nih..rokok gw.. ngerokok lah mulai sekarang! Karena ngerokok ga ngerokok nasib kita sama kok..sama-sama ga punya motor!"
Kawan:
"Sial lu...setan.." (berlalu sambil ngedumel ga jelas..)
Cukup deh.
Kadang-kadang tanpa sadar kita mulai nasehati orang lain. (Termasuk aku juga sihh..)
Begitu meyakinkan seolah-olah benar. Lancar bicara bak orang yang banyak makan serat sedang buang air besar pagi hari. Sampai suatu ketika tersadar, semua nasehat itu belum pernah kita terapkan.
Hehehe...persis kayak orang sakit jiwa.
No comments:
Post a Comment