Tuesday, January 27, 2009

Kolorku Masih Kukenakan Di Dalam Celana

Bagi sebagian orang aku dikenal rada sok dan "selengean". Sok pinter dan sok nasehat-nasehati orang. Pede-nya tidak ketulungan. Ini bikin pusing sebagian kawan. Apalagi pas aku masih kinyis-kinyis belia dan culun. Lets say, pas jaman kuliah.
Bayangkan, culun tapi selengean. Muntahlah kan?

Aku ingat suatu peristiwa. Ini pernah kejadian. Teman sekamar pas kuliah dulu tahun 1988 pernah mengalami mau muntah. Aku ingat hari Sabtu sore pas di metromini S71, menuju pulang kerumah orang tua, setelah nge-kos Senin sampai Jumat dalam rangka menimba ilmu.

Hari belum begitu gelap, matahari masih tampak walau arahnya sudah sangat condong ke Barat. Pada mulanya kami hanya berdiskusi. Entah apa yang kami diskusikan, lupa sama sekali. Tapi tiba-tiba saja dia meradang. Ekspresinya ini tidak mungkin aku lupa. "Budak" ini tidak pernah marah, tapi kali ini ekspresinya benar-benar ekspresif.

Matanya yang selalu sayu bisa juga rada mendelik, hidungnya kembang kempis. Marah dia. Entah apa pasalnya (kan udah kubilang aku lupa tadi perkaranya apa, lagian orang sok kan suka lupa kalau sudah menyinggung orang).

Setengah berteriak dia bilang,"Kau bukan Superman.. Bukan Superman kau!"

Aku kaget, karena tiba-tiba saja dia nyolot begitu. Aku sebetulnya ingin terbahak, bukan saja karena wajahnya sungguh berbeda dengan aslinya, namun statement itu loh. Nenek-nenek brewok juga tahu aku bukan Superman. Lihat dong, kolor kan aku kenakan di dalam, bukan diluar!

Tapi karena memang aku songong dan keras kepala, spontan aku jawab dengan sekenanya, tidak mau kalah, "Aku Superman...mau apa rupanya kau".

Dia balas lagi dengan sengit,"Diatas langit masih ada langit!"

Hahhhhhh....cape.

Andai temanku baca postingan ini dan dia masih ingat kejadian itu, aku mau jujur. Sumpah saat itu aku mau ngakak.
Pertama, sumpah....aku tidak tahu apa salahku.
Kedua, sumpah....mukamu itu loh, liar-liar tolol.
Ketiga, statement-statement itu bro...sumpah, tidak ada jagonya sama sekali. Lucu kalipunnn.

Kemudian bro, aku mau minta maaf karena sudah membuatmu "liar". Pastilah ada hal yang menyakitkanmu saat itu, tapi aku tidak sadar. Maaf ya kawan. Tapi ijinkan aku tertawa dulu setelah minta maaf ini. Frankly, aku menulis ini dengan wajah yang tersenyum lebar.

Tapi memang benar. Diatas langit masih ada langit.

Saat aku masih getol-getol main catur pas SMA dan kursus-kursus singkat di sekolah catur Tanah Abang.
Dari obrolan-obrolan beberapa Master catur menyatakan ternyata terdapat beberapa orang yang tidak pernah ikut atau sengaja tidak memilih ikut turnamen catur apapun, namun kemampuan bermain caturnya diakui jauh diatas para Grandmaster Indonesia manapun. Saat itu mereka menyebut beberapa nama, tapi aku sudah lupa nama-nama yang mereka sebutkan.

Kemudian, saat aku lagi "terkena hasutan" kawan-kawan untuk main biliar, Des 2004.
Beberapa kali aku sempat mendatangi suatu tempat biliar yang diasuh oleh master biliar. Aku menemukan komentar yang sama, bahwa terdapat "silent master" yang memilih untuk tidak terkenal. Takjubnya lagi, master pengasuh tempat biliar itupun mengaku bahwa dirinya masih sering berkonsultasi dan minta diajari trik-trik bermain yang benar.

Satu lagi, kesamaan yang spektakuler dari "silent master", kusimpulkan adalah kerendahan hati yang sangat.

Dari cerita itu, sampai dengan saat ini, jika keinginan primitif itu muncul, yakni ingin menyombongkan diri, aku ingat bahwa "kolorku masih kupake di dalam celana".

Special thanks to one of my very best friend, ever. Kemarahanmu yang konyol itu masih kuingat kawan, sampai mati.

5 comments:

  1. He he he...Sem, jujur aku gak ingat cerita itu tapi kurasa melibatkan aku. Yg mana itu kawan

    ReplyDelete
  2. Biasa itu kawan..kalau orang yang baik selalu lupa akan perasaan sakit hatinya, apalagi sudah belasan tahun berlalu.

    ReplyDelete
  3. Ceritalah....biar aku ingat lg...plng gak ancer2xnya aja gak papalah...

    ReplyDelete
  4. Ceritalah kawan...paling gak kasikan aku klu nya

    ReplyDelete
  5. cerita itu nyata adanya, seperti yang kau baca itu kawan. Tapi seperti yang kutuliskan, aku sendiri sudah lupa kenapa kau bisa marah kayak gitu. Ancer-ancer apa? emangnya mau nyari alamat...Peace broo...

    ReplyDelete