Aku punya pembantu rumah tangga.
Ikut membantu keluargaku dari umur 17 tahun, sekarang ia berusia 28 tahun.
Hanya tamat SMP, tapi smart. Setiap instruksi yang kuberikan, selama belasan tahun, nyaris tidak pernah keliru dalam mengartikan dan mengerjakan. Tulisannya huihh...lebih indah dari tulisan terbaik ku. Sangat santun.
Bagiku dia pualam yang terpendam.
Persis saat aku memulai belajar bisnis resto, kira-kira hampir 4 tahun lalu, ia kuajak untuk ikut membantu sebagai greeter. Pada awalnya sangat berat untuk mengubah attitude-nya dari sekedar "pembantu" menjadi seorang yang menurut opininya lebih "berkelas".
Dia mengaku stress pada awalnya. Suaranya yang medhok katrok dan lemah kurang pede menjadi bahan ejekan rekan kerjanya. Hmmm...ketika aku berkunjung kesana hanya sekedar memantau resto, naluri bawaannya sebagai pembantu muncul lagi. Kacau.
Setelah berhari-hari belum juga menunjukkan perubahan berarti, maka kupikir saatnya aku bertindak. Indoktrinasi!
Indoktrinasi mulai berlangsung setiap hari setelah dia pulang ke rumah sehabis pulang kerja. Aku memberi banyak pengertian bahwa pekerjaan greeter tidaklah lebih hebat dari pekerjaannya sebagai pembantu rumah tangga. Aku yakinkan dirinya bahwa semua greeter dan waitre disana tidak lebih cerdas dari dirinya.
Aku memberikan material berupa panduan singkat "bagaimana menjadi greeter yang baik" yang kukarang sendiri untuk dibacanya. Setelah dibaca, segera aku lakukan tes praktik dihadapan keluarga kami semua. Suaranya yang terlalu lemah dikoreksi. Yahh..kalau medhoknya memang tidak bisa sembuh.
Aku tegaskan berulangkali, "Temen bapakmu ini yang kuliah S2 di Amerika sono pun, sampe sekarang tidak bisa kabur medhok Jawa nya. Jadi itu bukan penyakit nduk..., kalau penyakit masa teman bapak itu ga mati-mati sampe sekarang"
Begitulah setiap hari berminggu-minggu aku drill. Dan lama-kelamaan, ia seperti lahir kembali. Lebih hebat dari greeter dan waiter manapun di restoku. Pelanggannya banyak, cepat dan sangat teliti dalam memberi pelayanan. Begitulah, kalau cerdas ya tetap saja cerdas.
2 tahun belakangan ini jabatannya malah menjadi controller di dua foodcourt. Controller adalah istilah jabatan yang menjadi pimpinan/atasan dari leader didalam sebuah foudcourt kami. Jadi Leader melaporkan segenap pekerjaan dan tanggung jawabnya kepada dia.
Sekarang tegasnya luar biasa. Mengalahkan bapaknya yang ngajari. Jangan-jangan lebih cerdas dari aku. Bisa jadi!
No comments:
Post a Comment