Berikut ini adalah cerita yang ke-3 dari para sobat-sobatku yang luar biasa..
Peristiwa ini juga sudah 20 tahun berlalu.
"Dini Hari Dikejar Preman"
(dikenang kembali dan ditulis pertama kali pada tanggal 8 Jun 2008)
Pasti tidak ada yang menduga bahwa seorang pria berkaca mata yang berhati mulia, berwajah tampan, bertutur kata yang medhok jawa namun sangat santun, bersahaja, berpendidikan tinggi, cerdas, atletis krn pemain bola handal, dan sholeh, ternyata pernah bersinggungan dengan preman. Bukan bergaul dengan preman, tapi hampir jadi korban premanisme para preman.
Begini kisahnya.....
Aku menerima ajakan Mr. B dan Mr. S untuk makan indomie di depan kampus. Saat itu sudah lewat tengah malam dan kami sedang mempersiapkan diri untuk ujian esok harinya.
Singkat cerita, kami tiba diwarung depan kampus untuk menganjal perut dengan indomie panas. Warung ini sedang ramai walau tidaklah penuh-penuh amat.
Lagi asyik menyantap indomie, aku sempat melihat ada dua orang preman yang tengah mabuk alkohol mendatangi warung ini.
Seorang preman "ngejogrok" diluar warung sambil "malakin" rekan-rekan mahasiswa dari jurusan lain yang sedang ngobrol diluar warung. Aku melirik dengan ekor mata, dan menyaksikan rekan-rekan mahasiswa lain itu sudah mulai saweran untuk preman ini. Sementara preman yang lain tengah memperhatikan pengunjung di dalam warung sambil bersender di pintu masuk dan membuat portal dengan salah satu tangannya.
"Portal tangan" ini tampaknya disengaja untuk menghalangi arus keluar masuk warung.
Segera aku mempercepat makan dan memberikan kode kepada Mr. B dan Mr. S untuk segera beranjak dari warung. B dan S tampaknya mengerti. Dan kami segera membayar dan siap-siap hengkang dari warung tersebut.
Oleh karena aku dan S sudah cukup lama tinggal di Jakarta maka kami sedikit banyak mengerti tentang "etika" preman kampung model begini.
Diawali oleh diriku yang lebih dulu memulai dengan etika preman kampung. Aku minta maaf dulu dan minta ijin lewat, maka preman mabok membuka portal tangannya dan memberiku ijin untuk lewat melintas.
Memasang kembali portalnya. S mencontek etika preman ini dan portal kembali terbuka. Nahh...B keliatannya agak terlambat beberapa step dari kami.
Aku dan S sudah hampir melupakan kasus preman ini karena sudah mulai jauh berjalan dari warung itu dan sudah terlibat diskusi seru mengenai ujian besok, ketika tiba-tiba, berkelebat bayangan hitam melewati kami.
Sangat cepat sampai aku tidak melihat dengan jelas bayangan siapa itu gerangan. Sebelumnya terdengar bunyi decit rem sebuah vespa dan bunyi slip sendal jepit. Sendal jepit sebelah kiri tertinggal di tengah jalan dengan kondisi rusak berat. Suara pengendara vespa terdengar memaki.
Sesaat kemudian baru aku menyadari bahwa kelebat bayangan hitam itu adalah Mr. B (busyet pemain bola terlatih rupanya dapat memiliki ginkang, tanpa disadari lohhh).
Masih teringat jelas teriakan jengkel preman portal tangan, "Woi, Setan...Brenti luh..., Gw tembak luh..!!"
Jantungku berdegup keras menyaksikan peristiwa berikutnya.
Seketika aku spontan mengejar preman yang memasang ancang-ancang bak polisi, kaki mengangkang persis ditengah jalan dengan sedikit terhuyung, merapatkan kedua tangan kedepan, untuk mengacungkan tangannya kearah B.
Aku mendekap badan preman mabok ini dari belakang, sambil minta maaf..."Sabar bang...itu temen saya...jangan ditembak..maaf jangan ditembak..."!
B sudah terlihat kecil nun jauh disana, masih habis-habisan mengeluarkan ginkangnya. Mr. S ada dibelakangku. Tak dinyana, ancang-ancang tangan menyerupai polisi ini, ternyata hanyalah tangan belaka, alias jari saja yang mengacung kedepan tanpa ada pistol nya!
Dalam hati aku menjerit, "Babiiii ini preman, bikin shock aja....!"
Sejurus kemudian, setelah keadaan tenang, B menjelaskan duduk perkaranya dengan wajah yang masih terlihat horor.
Penjelasannya begini...
Segera setelah aku dan S melewati portal tangan, B ingin melewatinya juga. Namun tidak mengikuti kaidah baku, yakni tanpa maaf dan ijin. B langsung menundukkan kepala ingin melewati portal. Preman mabok berkelit, menurunkan portalnya untuk menghambat laju B.
B menurunkan lagi kepalanya, portal ikut turun. B merendahkan lagi kepalanya, portal makin rendah lagi, kepala makin rendah, portal lebih rendah lagi, demikianlah seterusnya..
"How Low can You Go..??" pikir preman mabok.
Tidak sabar dengan permainan ini, B langsung memasang gingkang dan melewati portal. Preman mabok tentu saja tidak bisa mengimbangi gerak cepat ini. Dalam keadaan marah, preman menyerang dengan tabokan kearah kepala B. Tabokan luput.
B berlari menyeberang....
Hampir ditabrak vespa, sendal sebelah kiri tercopot..dan ada teriakan preman.."Gw Tembak luhhh.." Pistol jari....
Capeee dehhh...
Etika Preman Kampung ini memang belum menjadi model di Jawa Tengah tempat B dibesarkan....
Mudah-mudahan kejadian preman ini menjadi kisah abadi untuk dibagi ke anak cucu rekan-rekan angkatanku.
No comments:
Post a Comment