Dari beberapa tulisanku di milis angkatanku, kucukupkan sampai cerita dibawah ini (kalau berubah pikiran yah bisa ditambahkan lagi kannnn....)
Kejadian ini saat aku duduk di Tk. III kuliah dulu.
"Pemuda Gagah yang PD Habisss"
(dikenang kembali dan ditulis pertama kali pada tanggal 30 Jun 2008)
BAB I PENDAHULUAN, SANG PEMUDA GAGAH
Pada suatu hari, motor trail kuning bergerak mantap membelah keheningan siang. Menerbitkan deru bising khas jenis trail. Penunggangnya seorang pemuda gagah bermata corong tajam terlihat berwibawa, bahkan sedikit jumawa.
Arah laju motor diarahkan ke sebuah tempat kos-kosan di sebelah apotik jalan Ceger Raya. Sesampainya di tempat tersebut, sang pemuda gagah menggas motor dua kali sebelum mematikan dan memarkir motornya di depan rumah kos-kosan. Benar-benar gagah.
Tampaknya pemuda ini merupakan penghuni baru dari rumah kos-kosan ini.
Segera ia memperkenalkan dirinya sebagai seorang yang bernama G (kita sebut saja demikian). Nama yang juga berwibawa.
BAB II PERKENALAN YANG MENGEJUTKAN SATU SAMA LAIN
Saat waktu berlalu, pemuda gagah ini bergaul akrab dengan seorang yang lebih dulu tinggal di kos-kosan tersebut. Suatu kebetulan bahwa kenalan teman kosnya ini, satu kelas dengan dirinya, di kelas III sebelas-duabelas.
Pada saat perkenalannya pemuda gagah bernama G ini sempat mengutarakan ambisinya untuk habis-habisan berprestasi pada saat tingkat III. Itulah sebabnya dia memilih kos-kosan yang jauh dari kumpulan mahasiswa lainnya.
Pemuda gagah berkata : "nilai IP saya Tk I 3.2, Tk. II 3.3, dan targetnya untuk Tk. III saya patok 3.5!"
Temannya sempat menganga sebentar. Besar nganganya. Mungkin si teman berpikir, ini adalah sosok idola bagi semua mahasiswa. Luar biasa!
Cepat si teman menukas : "wah klo saya IP Tk I, kita sama, tapi karena saya pikir tidak sulit-sulit amat kuliah disini, saya sempat terlena, sehingga IP tk II hanya 2 koma. Untuk Tk III saya tidak berpikir ingin IP berapa..."
Nampak wajah pemuda gagah menunjukkan seringai senyum keheranan. Mungkin pikirnya, si teman baruku ini pasti tidak memiliki tujuan hidup, hmmm sangat berbeda dengan dirinya.
BAB III VIRUS TERKUAT PEMENANG
Kamar si teman persis bersebelahan dengan si pemuda gagah ini. Dan dari lubang angin, mereka bisa saling mengintip aktivitas satu sama lain. Pemuda gagah ini benar-benar sangat terprogram dalam belajar. Jam-jam belajarnya sudah sangat teratur. Jam sekian buat PR, jam sekian belajar akunting, jam sekian belajar auditing, jam sekian belajar bahasa Inggris.
Sering lamat-lamat terdengar suara si pemuda gagah melafalkan bahasa inggris dengan bantuan kaset dan menggunakan headphone. (Red : Kalau dulu sih terdengar seperti bahasa minang, tapi saat ini bahasa inggrisnya pasti sudah seperti Anton Hilmang..maaf Hilman).
Pemuda gagah ini tidak pernah alpa membuat PR, walau serumit apapun. Sang teman mengawasi dengan penuh kekaguman, karena dia selalu alpa membuat PR walau semudah apapun.
Dilain sisi, si teman sepertinya mendapat berkah yang turun dari langit. Si teman tinggal menyalin PR pada detik terakhir sebelum berangkat kuliah.
Pemuda gagah seringkali masih berkutat dengan pelajarannya hingga dini hari sementara sayup-sayup didengarnya suara ngorok pulas si teman. Suara ngorok ini bahkan sudah terdengar sejak jam 10 malam. Dan di pagi hari, si teman lah yang berbaik hati membangunkan sang pemuda gagah untuk berangkat kuliah, sembari menyalin PR yang sudah terselesaikan dengan rapi oleh pemuda gagah.
Pada saat pulang kuliah, dari sore hingga malam hari, saat pemuda gagah mulai melakukan review pelajaran hari ini dan mempersiapkan pelajaran esok hari, sementara si teman asyik terlihat ngobrol bersama teman-teman lain di kos-kosan. Canda tawa selalu terdengar dari mulut si teman. Benar-benar tidak memiliki tujuan hidup selain membuat senang dirinya dengan selalu kumpul-kumpul dan sharing pengalaman hidup.
Demikian seterusnya, hari berlalu dan demikianlah seterusnya.
Setelah hari menjadi minggu, minggu menjadi bulan, dan setelah beberapa bulan, si pemuda gagah mulai gelisah. Hatinya mengumpat.
Dan ahhhh....akhirnya hatinya mulai dibuka.
Hatinya langsung dibiarkan tertulari virus senang-senang ala temannya. PR tidak pernah lagi dikerjakan, dengan alasan bahwa dia tidak mau selalu menjadi "si pembuat PR".
Hari-harinya dihabiskan bersama si teman dengan tertawa-tawa, bernyanyi-nyanyi, pesta indomie, curhat-curhat tentang gadis, dan lain sebagainya. Sang pemuda gagah tengah terperosok kedalam kehidupan yang tanpa tujuan hidup!
BAB IV PENUTUP, AKHIR YANG MENGGENASKAN
Tibalah saat yang dinanti-nanti.
Moment of truth, saat pengumuman kelulusan sebagai ajun akuntan. Tiada wajah yang tidak was-was. Termasuk sang pemuda gagah. Agaknya perasaannya tidak menentu. Hal ini ditandai dengan sulitnya si teman bertemu dengan pemuda gagah. Dan syukurlah, si teman dan sang pemuda gagah berhasil menjadi ajun akuntan.
Tapi sebentar.......
Lulus sih okelah, tapi IP nya berapa?
Si teman sempat bertanya : "fren, IP mu berapa?"
Sang pemuda gagah sedikit senyum. Senyum meringis.
"Fren, berapa?", ulang si teman.
Pemuda gagah celingak-celinguk. Bingung. Serasa kehilangan harta benda.
"woi, fren, berapa...!", si teman menyergah tidak sabar.
Pemuda gagah mulai terganggu dan, "Emang lo berapa???"
"Klo gw 2.99", enteng menjawab sambil garuk-garuk ujung hidungnya, sebelum asyik mengupil.
Sang pemuda gagah hanya berlalu sambil mengucapkan kata-kata yang tidak jelas, berlalu begitu saja.
Belakang hari si teman mendapatkan suatu fakta bahwa ternyata sang pemuda gagah ini memiliki IP 2.9an, namun masih dibawah IP si teman.
Si temanpun pikirannya menerawang. Wajahnya misterius, entah senang atau sedih.
(Red : Seperti kakek guru Tio Bu Ki yang bernama Thio Sam Hong, persis setelah keluar semedi dari puncak gunung Bu Tong, berkata :"Ching I mo liau. kim song so kiau". Artinya : Jurus saktimu adalah dirimu sendiri, begitu terlena ingin meniru orang lain, maka segera menjadi bau)
Capeeeee...
No comments:
Post a Comment