Ada beberapa cerita-cerita lucu yang begitu saja bermunculan ketika aku membaca kembali tulisan-tulisan "Inspirasi dari Para Sobat". Ada yang kurang pantas untuk diceritakan karena terlalu horor..hahahahaha. Adapula yang menurutku pantas dibagi dan sangat lucu pada saat itu namun untuk dituangkan dalam sebuah tulisan mungkin sangat sulit. Kendala dalam penuangan menjadi tulisan diakibatkan karena ada beberapa "moment" yang memerlukan penekanan ekspresi wajah dan intonasi suara (harus diceritakan secara audio visual kaleee) agar menghasilkan cerita lucu yang sempurna.
Namun demikian, aku mencoba untuk menceritakan kembali sebisaku. Lucu tak lucu masalahnya ada di pembaca kan...hehehehe. Yang penting bagiku kenangan ini sangat berarti buat diabadikan. Sehingga kalau aku sudah mulai pikun, dengan membaca cerita ini, maka kuharapkan kenangan tersebut dapat disegarkan lagi. Mudah-mudahan..
Darimana harus kumulai ya...??
Ok. Kurasa harus kumulai dari ketika aku pulang dari kuliah pada masa Tk. I.
Disuatu hari yang cukup melelahkan, karena baru saja "digeber" seharian dengan mata kuliah andalan kampusku, yakni "akuntansi", aku mengayunkan langkah kakiku dengan sedikit lebih cepat. Tujuannya tentu saja agar bisa merebahkan badan di kamar kos untuk mengambil waktu sejenak buat "leyeh-leyeh".
"Ahh...tiba juga aku di rumah kosku," demikian gumamku sambil semakin mempercepat langkah. Aku membuka gerbang depan, dan terus memasuki pintu samping (layaknya rumah kos, biasanya pintu utama rumah tidak digunakan untuk anak kos bukan??), dan melangkah terus menuju kamarku.
Persis beberapa tapak dari pintu kamarku, ketika benakku semakin bersemangat membayangkan nikmatnya rebahan, tiba-tiba, "Seeeeittttt.........". Kakiku serasa terpeleset. Seketika gayaku mirip balerina dengan gaya kaki split, menyisakan jarak bijiku dengan lantai kira-kira 2 jengkal orang dewasa.
"Setannnn...," makiku.
"Siapa pula yang menaruh kulit pisang sembarangan dilantai..??", umpatku bersambung didalam hati. Dan ketika kumencari tahu penyebab "gaya balerina" ku itu bisa terjadi dan menjadi tahu penyebabnya, hatiku semakin dongkol!
"Anjinggggg..., setannnn......bangkeeee......!!!"
Ternyata bukan kulit pisang. Tapi tai ayam. Dan bukan tai ayam sembarangan. Yang satu ini berwarna coklat..yah..mirip coklat cadburry gitu dehhh...
Menurut cerita kawan-kawan Jawaku, model telek ayam ini disebut mereka "tai lencung" (mohon maaf apabila salah dalam penulisan nama ataupun gelar ya..).
Tai lencung ini sangat berbahaya karena baunya ratusan kali lebih mematikan dari tai ayam normal. Penyebabnya mengapa demikian belumlah jelas. Teman-teman Jawaku hanya menjelaskan efeknya bagi penciuman tanpa menerangkan lebih lanjut kenapa tai lencung ini bisa lebih dasyat aromanya dari tai ayam yang model lain. (Tolong di riset donggg frennnnn.......)
Aku sungguh jengkel. Ini kali kesekian aku "nginjek gituan" (kayak lagu Benyamin S dehh). Makin parah saja. Tai lencung dan dekat sekali dengan pintu kamarku. Sambil "mengkeset-keset" tapak sepatuku ke halaman yang berumput, hatiku bergelora dengan amarah. Perasaan ingin istirahat berganti dengan dendam membara. Aku harus menemukan jalan untuk menyeimbangkan keadaan dengan ayam-ayam sialan ini.
Sore telah berganti malam.
Saat semua (aku dan teman-teman kos) sedang berkumpul bersama sambil makan malam dan nonton "tipi" bareng, seperti yang hampir tiap hari kami lakukan. Aku bertekad membawa masalah tai lencung ini kedalam forum diskusi malam, segera setelah makan malam berakhir. Walau tidak sabar ingin segera mengutarakannya, tapi tentu tidak etis membahas tai lencung ayam, saat ada beberapa kawan sedang mengemut-emut dengan semangat brutu (bagian buritan ayam) sebagai makan malam favoritnya bukan?
Setelah semua selesai makan malam, aku angkat bicara tentang tai lencung lengkap dengan gaya balerina dibumbui secara dramatis. Tidak diduga, ternyata semua mata teman-teman seketika melotot dan ikut marah. Suasana berubah emosional (janganlah membayangkan teriakan dengan tinju terkepal yah..berlebihan itu). Tidak dinyana, hampir semua kaki mereka telah berhasil nginjek gituan dengan sukses. Tidak cuma sekali, bahkan ada yang sangat beruntung nginjek gituan berkali-kali dalam sehari, kiri-kanan, kanan-kiri, begitu berulang-ulang.
Kesimpulan rapat kami pada saat itu, sederhana. Kami harus menyeimbangkan rasio ayam berbanding penghuni kos sekecil mungkin. Sedapat mungkin 0%. Rapat yang didasari dengan hati marah, mata merah dan jari-jari kaki bernasib parah, tentunya irrasional! Tapi saat itu kami sangat puas dan menyakini kebenarannya.
Sebagai info tambahan.
Ayam-ayam ini telah berjumlah belasan, mungkin telah berjumlah 20an lebih. Ayam-ayam ini adalah peliharaan ibu kos. Ibu kos seorang ibu yang berasal dari daerah Kupang, jarang datang ke rumah kos kecuali ingin menghitung jumlah ayam dan memarahi penghuni kos yang telat bayar uang kos bulanan.
Aku tambahkan lagi, kos-kosan kami ini cukup unik dibanding dengan kos-kosan lain. Saat itu kurang lazim ada penggabungan cewek dan cowok dalam satu rumah kos, tapi tidak demikian dengan kos-kosan kami. Kos-kosan kami merupakan sebuah rumah besar yang dibagi dalam 2 segmen (bagian). Bagian depan rumah dihuni oleh mahasiswi (segmen cewek) dan seorang pembantu antek-antek ibu kos yang juga cewek tentu saja, sedangkan bagian belakang dihuni oleh mahasiswa (segmen cowok). Kedua segmen ini dipisah oleh sebuah pintu yang hanya dapat dikunci dari segmen cewek. Seingatku penghuni kos-kosan berjumlah 6 cewek, sangat religius dan 3 diantaranya menggunakan jilbab, sedangkan cowok berjumlah 10 orang, mayoritas sangat religius walau tiada yang berjilbab..hehehehehe. Pada segmen cewek inilah terdapat ruangan tamu, ruangan makan dan ruangan nonton. Dan segera setelah makan malam kelar dan kongkow-kongkow yang dibarengi dengan nonton TV bareng oleh seluruh penghuni kos selesai dilakukan, maka menurut aturan, pintu pembatas ini harus dikunci oleh penghuni kos cewek atau pembantu. Aturan ini selalu tertib dilakukan mereka dan kira-kira jam 10-11 malam lah ritual penguncian ini diselenggarakan. Tidak pernah alpa. Kekompakan antar kami sesama segmen ataupun lintas segmen sangat-sangat erat. Tawa canda selalu mewarnai hari-hari kami. Boleh di cross-check dahh...
Kembali ke koalisi melawan ayam..(saat ini soalnya sibuk-sibuk koalisi partai jelang pilpres)
Kesepakatan seperti tadi yang telah kuceritakan sudah dicapai. Untuk mengurangi tai, terutama tai lencung, populasi ayam harus dimusnahkan. Strateginya cukup sederhana, namun cerdas, berani, dan lezat terintegrasi.
Sederhana karena strateginya hanya melenyapkan ayam.
Cerdas karena kami harus melenyapkan ayam secara gradual sehingga terkesan ayam lompat pagar, dan mati di pekarangan tetangga (karena bangkainya tidak ada di pekarangan sendiri bukan?).
Berani karena kami harus melenyapkan ayam tersebut malam hari dengan memanjat sebuah pohon tempat ayam-ayam itu langganan bertengger. Ayam-ayam ini memang tidak ada kandangnya, dan berasumsi kandangnya adalah rumah kos kami dan tempat bobo nya adalah sebuah pohon lumayan besar di halaman belakang. Halaman belakang ini cukup gelap dan terkesan angker.
Lezat terintegrasi?? Bah apapula ini?
Begini. Ingatkan tentang penghuni cewek? Nah kebetulan strategi ini datangnya dari aku. Penghuni cewek akan membantu membuat bumbu yang lezat sehingga begitu ayam selesai ditangkap dan disiangi, maka ayam akan dibakar dengan bumbu buatan para penghuni cewek ini. Daging ayam akan di-share merata.
Inilah yang disebut amarah dan lapar bisa melupakan Tuhan. Bagaimana mungkin cewek-cewek yang lemah lembut dan taat beribadah seperti teman-temanku ini nurut saja dengan strategi biadabku?? Hahahahaha... :-D Maaf ya frennnn.....karena sudah terpancing untuk berkoalisi denganku.
Singkat cerita. Malam esoknya pun tiba.
Seorang sobat baikku sampai sekarang yang notabene teman sekamarku saat itu, bersedia menjadi "volunteer" menjadi penangkap ayam. Kurang jelas kenapa dia mau. Apakah karena membayangkan lezatnya ayam bakar, atau memang jago menangkap ayam atau jago memanjat pohon pada malam hari atau kombinasi dari ketiganya. Yang jelas dia berhasil menangkap ayam malam itu. Entah berapa jumlah ayam yang ditangkapnya karena aku lupa. Dia lah yang tau persis berapa ayam yang berhasil digondolnya. Tapi jelas tidaklah banyak-banyak amat karena kesepakatannya adalah gradual kan...
Sementara kaum adam sibuk memotong dan membersihkan ayam, kaum hawa termasuk pembantu yang antek-antek ibu kos sibuk meracik bumbu didapur. Semua tangan tidak ada yang luput dari operasi penuh darah ini.
Oia, ada yang kelupaan.
Ada seorang teman yang kami tugaskan untuk menjaga di ruang depan. Tugasnya adalah mendengarkan dengan seksama deru mobil ibu kos, just in case, tiba-tiba datang ingin mengontrol ayam atau menangkap penghuni kos yang belum bayar uang kos.
Sebenarnya teman yang bertugas berjaga-jaga ini mempunyai kelemahan, yakni cepat ngantuk. Tapi dia berketetapan hati untuk operasi pertama ini akan mengalahkan rasa kantuknya saat berjaga-jaga. Usir rasa kantuk, maka tai lencung akan terusir. Begitu mungkin tekadnya.
Operasi pertama sukses.
Dan malam itu kami berpesta dengan ayam bakar lezat. Bagiku bertambah lezat karena tiap kunyahanku diiringi dengan rasa puas akan dendam yang tampaknya perlahan tapi pasti akan terlampiaskan.
Operasi kedua kami lancarkan beberapa hari setelah operasi pertama sukses besar. Semua tugas sudah dibagikan dan dimengerti. Operasi akan berlangsung sama seperti yang pertama. Tidak ada perbedaan. Hanya kali ini agar terkesan lebih semarak, maka kami memindahkan kompor pembakaran yang tadinya didapur menjadi lebih dekat pada areal kamar-kamar, tepatnya dekat kamarku.
Pesta sepertinya akan berlangsung meriah. Ayam sudah tertangkap dan bersih siap dibakar. Bumbu sudah siap. Kompor sudah menyala dengan lidah api menyala kebiru-biruan. Sempurna.
Tawa dan canda riuh rendah. Ayam mulai dibakar menerbitkan aroma yang menggiurkan. Mantap.
Sampai suatu ketika kami mendengar suara mobil sudah masuk kedalam garasi!
Tiba-tiba semua lintang pukang. Semua berhamburan.
Para cewek tidak bermasalah karena mereka memang tidak terlibat aktif dalam proses pembakaran. Mereka akan dipanggil kembali jika ayam sudah siap untuk disantap.
Namun tidak demikian dengan para cowok. Seketika mereka dapat mengeluarkan ilmu meringankan tubuhnya seringan-ringannya. Ibu kos datang! Sudah terlalu dekat, sudah ada di garasi. Garasi letaknya hanya bersebelahan dengan pintu masuk depan.
Dalam hitungan detik, pesta bubar. Puluhan orang secara tiba-tiba menghilang dan telah masuk kedalam kamar-kamar. Hanya saja distribusinya tidak wajar. Ada empat orang yang masuk kedalam satu kamar. Tiga orang tiba-tiba bersatu dalam sebuah kamar yang lain. Ada dua orang yang hinggap dikamar orang lain (bukan kamar salah satu mereka, ko bisa?), ada juga seorang yang tiba-tiba saja menguasai kamar orang lain (ko bisa? ko bisa dia demikian santainya ada di kamar orang lain??). Komposisi yang aneh dan tidak semestinya.
Ada seorang kawan yang masih memegang tusukan besi dengan ayam bakar setengah matang sedang tertusuk pada besi itu, sibuk setengah mati berusaha menyembunyikan "instrumen" yang sedang dimainkannya! Benar-benar kacau.
Ada sesuatu yang tertinggal....hmmm apa ya? Masya Allah....kompor yang masih menyala garang tertinggal begitu saja dan asap beraroma sedap memenuhi segala sudut ruangan rumah kos. Matiiiiiii........
Seketika ibu kos sudah menemukan kejanggalan yang terjadi.
"Mbakkkk.....kenapa kompor ada di tengah-tengah siniiii...???!!", terdengar teriakan ibu kos.
Suasana mendadak sangat mencekam.
Aku ingat, aku terdampar di satu kamar dengan dua orang teman dengan salah satu diantaranya yang memegang tusuk besi itu. Kami ketawa-ketawa tanpa mengeluarkan suara, dengan raut muka yang sangat aneh. Lucu, takut dan geli bercampur menjadi satu dan kadang datang silih berganti. Tidak lazim orang ketawa dengan mimik wajah demikian.
Terdengar lamat-lamat dialog ibu kos dan pembantu antek-anteknya. Selang setengah jam, ibu kos telah menghilang. Dan kami semua kembali keluar terbahak-bahak. Pembahasan disertai tawa tidak berkesudahan mewarnai malam itu.
Apa yang terjadi sih??
Rupanya mata-mata yang kami tempatkan di pos depan tidak bekerja prima. Keberhasilan operasi pertama membuat dia lalai. Terlalu percaya diri membuat dia terlena. Yang seharusnya dia harus mewaspadai kedatangan mobil ibu kos dengan posisi "full-alert", ehh dia malah nonton TV dan tertidur! Akibatnya dia terbangun ketika mobil ibu kos sudah masuk di garasi dan menjadi yang paling gesit dalam menyelamatkan diri. Ck..ck..ck... dasar!
Terus bagaimana dialog ibu kos dengan pembantu?
Rupanya pembantu yang tadinya merupakan antek-antek ibu kos berbalik menjadi antek-antek kami. Perlakuan kami yang kompak dan layaknya sebuah keluarga besar yang bernasib sebagai sesama "orang lapar" kepada dia ternyata berhasil membuat koalisi yang solid.
Beginilah yang terjadi antara ibu kos dan pembantu.
"Mbakkkk.....kenapa kompor ada di tengah-tengah siniiii...???!!"
"Waduhhh..maaf bu...tadi saya perbaiki kompor...lupa balikin ke dapur lagi buuuu....maaf ya buuuu...." jelas si Mbak dengan logat Jawa nya yang kental.
"Lain kali jangan lupa lagi ya..ini bahaya lohhh..."
"Inggih buu...ga lagi dehhh..."
Dan urusan lain menjadi pembahasan mereka.
Sukur..selamatttt...
Demikianlah.
Pembantaian terhadap ayam entah berapa kali lagi terjadi setelah peristiwa kompor tertinggal itu, aku lupa. Seingatku tidak ada lagi. Namun anehnya ayam tetap menghilang secara gradual dan benar-benar habis pada akhirnya.
Ada beberapa skenario atas lenyapnya ayam tanpa sepengetahuanku, yakni :
- strategi ini tetap dilancarkan saat aku tidak ada di rumah kos karena pulang ke rumah orang tua ketika week-end tiba, dilancarkan entah oleh si Mbak atau teman-teman yang lain.
- Ayam-ayam dipanen sendiri oleh ibu kos karena mencurigai kami memanggang ayamnya tanpa ijin.
Aku ketawa sendiri jadinya Sat kiset lah kau..perasaan kita lari ke kamar si PN ya waktu si tante datang...trus yg megang ayamnya si S atau PN ya
ReplyDeletebetul kau..kita lari ke kamar PN dan yg megang ayam berikut tusukannya si S..hahahahaha...
ReplyDelete