Wednesday, May 13, 2009

Bisnis Bisa Membunuh

Wah tadi pagi agak seru-seram.

Seorang kawan memaksa agar dapat bertemu guna membicarakan suatu hal penting. Tadi sempat diteleponnya dan dia memberikan hint perihal pembunuhan... alahmakkkk...ngeri nian... Jadi kepikiran....

Setengah terpaksa aku menuruti kemauannya, walau hari ini aku sungguh punya skedul yang lumayan padat. Terpaksa deh dengan berat hati kuikuti kemauannya. Bukan apa-apa, ini masalah seram coy. Pembunuhan.

Dan bertemulah kami.

Setelah sesaat berbasa-basi, aku langsung mengajak bicara ke topik pokok pertemuan. Seketika wajahnya menegang dan mukanya pucat.

"Ada apa sih kawan?", tanyaku.

"Fren, gw mau dibunuh orang!", tukasnya cepat, sedikit tersengal. Hidungnya kembang kempis.

"Gw ga tidur tadi malam, berjaga-jaga dari serangan..", tambahnya.

Anjrit! Pagi-pagi sudah seram ini....
Horor amat sih...

Sebisanya aku menahan emosi agar wajahku tidak ikut-ikutan menegang, aku ajak bercanda.

"Lu main golf dimana..emang caddy nya cantik?", tanya isengku sambil mencoba mengingatkan akan kasus Ketua KPK Antasari Azhar.

"Jangan bercanda..ini gw serius!", wajahnya sewot, hidung makin kembang kempis.

Anjrit lagee! Kayaknya beneran ini orang..
Huhhh...kenapa pagi-pagi gini udah mau main bunuh aja.

"Kenafffaaaa sihhhhh? main bunuh aja, emangnye elu ayammmm....!", balasku dengan intonasi suara masih bercanda, namun sudah mulai memantapkan posisi duduk tanda mulai serius.

"Begini ceritanya...bla..bla..bla...bla...", dia mulai menjelaskan panjang lebar ceritanya, sembari mengeluarkan semua bukti-bukti untuk mendukung alur ceritanya. Semua bukti dan dokumen yang dikeluarkan dari amplop besar berwarna coklat terlihat sangat meyakinkan.

Aku melongo mendengar ceritanya.

Setelah semua penjelasan keluar berikut bukti pendukung sudah rapi kembali masuk kedalam amplop besar coklat, aku yang malah bingung.

Kenapa dia ceritain hal ini ke aku ya??

"Terus....gimana?" tanyanya seperti mendesak suatu jawaban dariku.

Aku tersentak.

"Apanya, gimana??"

"Ahh lu, nyimak ga sih?"

"Nyimak..."

"Terus gimana woi....??!"

"Apanya gimana???", balasku mulai nyolot, karena aku tidak mengerti maunya apa.

"Gimana solusinya. Lu mau biarin gw saling bunuh ama itu orang??"

"Bukan begitu..tenang dulu...tapi lu kenapa ceritain ini ke gw ya? maksud lu apa nih...lu mau gw yang saling bunuh ama kolega lu itu..bhuahahahahaha...ngaco aja lu!", tangkisku sembari ngakak. Ini ketawa beneran nih...

"Tidak...ga gitu... lu bantu gw cari solusi aja. Kalau menurut lu gw harus bunuh-bunuhan, gw jabanin. Gitu loh...gw mah udah nekad nihhh", jelasnya panjang lebar.

"Eitsss....masa si gw suruh lu bunuh-bunuhan?? Ada-ada aja...".

"Terus gimana?", tukasnya cepat.

Ada apa sih sebenarnya...
Apa yang mengakibatkan mereka ini mau saling bunuh?
Aku jelaskan secara singkat dan padat ya..

Kawanku ini seorang kontraktor yang mendapatkan sub pekerjaan dari "main kontraktor'. Hal ini menyebabkan kawanku ini menjadi "sub kontraktor".

"Main kontraktor" ini sebenarnya sudah sering menjalin bisnis dengannya, dan sebelumnya lancar-lancar saja. Nah, baru kali ini ada sedikit masalah. Pekerjaan sub ini telah selesai dikerjakan, dan seharusnya sudah mendapatkan pelunasan dari "main kontraktor" kira-kira 2 minggu yang lalu. Tapi kenyataannya sampai sekarang belum dibayar juga.

Kawanku ini rutin melakukan penagihan sejak hari pertama jatuh tempo pembayaran sampai saat ini. Semakin hari penagihan semakin ditingkatkan baik frekuensinya maupun tingkat kesantunannya. Sehingga pada suatu ketika, meledaklah drama penagihan ini menjadi saling ancam secara fisik sampai mau menghilangkan nyawa masing-masing antara "main kontraktor" dengan "sub kontraktor". Hmmm...

Begitulah...
Untuk menenangkan kawanku ini, kami sedikit melakukan diskusi. Identifikasi masalah dan pemecahannya. Akhirnya dia bisa pulang kembali ke rumahnya dengan tenang.

Pada kesempatan kali ini aku tidak membahas solusi yang kami hasilkan dalam diskusi tersebut, namun ingin membagi pembelajaran yang kudapat pagi ini.

Setelah kupelajari mestinya kawanku ini bisa menghindari hal-hal norak tadi. Dan pembelajaran hari ini akan aku coba ingat-ingat terus.

Berikut beberapa pembelajaran dari praktek bisnis nyata berdasarkan kasus diatas:


  1. Pahami suatu kenyataan bahwa dalam berbisnis selalu terdapat kemungkinan terjadinya resiko kerugian. "Rugi" bagiku merupakan saudara kandung dari "bisnis" disamping tentu saja saudara kandungnya yang lain adalah "laba". Hal ini paling utama karena tanpa menyadari ini, kegilaan sewaktu-waktu bisa menerpa. Kalau sudah gila, sama saja dengan terbunuh kan.. Berani rugi mari berbisnis.
  2. Identifikasi penyebab-penyebab kerugian dalam bisnis. Dalam identifikasi ini tentu saja termasuk untuk mengenal kawan maupun lawan bisnis. Mengenal partner dan rekanan juga penting. Track record mereka perlu dilacak. Sungguh menyenangkan jika mendapatkan karyawan, partner ataupun rekan bisnis yang memegang teguh etika dan komitmen bisnis. Dalam kasus temanku diatas, mungkin saja kawanku terlalu bernafsu menagih sehingga melupakan kenyataan bahwa selama ini mereka berbisnis, "main kontraktor"nya itu belum pernah lalai. Ini pun belum tentu tidak dibayar, mungkin hanya terlambat beberapa saat. Mbok ya sabar cuy...
  3. Klasifikasikan penyebab kerugian kedalam controllable dan uncontrollable item. Jika terlalu banyak uncontrollable item nya, well mungkin saja ini bukan bisnis...tapi judi. Kalau suka dengan berjudi maka tidak masalah juga, asal ingat baik-baik resikonya. Memang ada pakemnya nih..high return ya pasti high risk. Tapi jangan sampai gila ya kalau ternyata cuma dapat risknya doang...
  4. Lengkapi bisnis dengan segala macam perjanjian yang mengikat secara hukum. Perikatan ini harus dibuat dengan jelas sehingga memberi kenyamanan bagi pihak-pihak yang melakukan bisnis. Meski tidak jarang walau sudah terdapat perikatan saja, masih saja terdapat rekanan yang mbalelo (bayangkan kalau tidak ada..huihh seremmm). Dengan adanya perikatan maka dapat diketahui pihak mana yang bersalah dimata hukum. Dengan menjunjung tinggi itikad dan komitmen yang baik, maka seharusnya perikatan atas pihak-pihak yang berkepentingan mudah dilakukan. Jika ada pihak yang tidak mau melakukan perikatan, maka pantas dipertanyakan itikadnya.
  5. Lakukan kewajiban bisnis kita dengan sepenuh hati dan perjuangkan hak akibat transaksi bisnis dengan santun.. Lakukan konsisten dan persisten, sampai kita mendapatkan hak kita. Walau kita memang mempunyai hak atas transaksi bisnis yang terjadi, namun penagihan harusnya dilakukan dengan cara-cara yang santun. Arogan atau kepanikan akan membuahkan hasil yang norak. Ingatkan kasus mau bunuh-bunuhan diatas? hehehehe.
  6. Jika terkendala dalam penagihan - katakanlah sudah terlalu lama menunggu pembayaran - jangan paksakan diri. Segera gunakan perangkat hukum yang ada. Ada pengacara, ada polisi dan lain sebagainya. Jika kita mempunyai fakta hukum yang kuat serta mempunyai dokumen pendukung yang lengkap, ini perkara mudah. Dalam menggunakan perangkat hukum, tentu saja ada biayanya. Perhitungkan dengan baik hal ini. Jangan sampai lebih besar pasak daripada tiang. Mau nagih 100, biayanya 120...minus donggg... Hal ini akan bermakna dilakukan hanya jika nama baik dan harga diri dipertaruhkan. Minus tidak mengapa asal nama baik dan bisnis kita tetap terjaga. Oleh karena itu, ingat baik-baik, jika kita dalam posisi yang sebaliknya (baca:lemah), janganlah memancing amarah lawan dengan menyinggung harga diri dan nama baiknya. Jangan sampai seharusnya kita dimaafkan dan dibiarkan berlalu, eh malah digodam habis-habisan hanya karena kita tidak mengerti masalah kesantunan. Diledakkan dengan bom atom, padahal utang-piutang tidak seberapa. Tragis kan...
  7. Walau keenam perihal diatas mudah kutuliskan, namun ternyata dalam prakteknya berat dilakukan. Dalam pengalamanku yang masih hijau ini seringkali yang kugunakan adalah intuisi. Setelah semua jurus-jurus digunakan, tetap saja hasilnya tidak ideal. Maksudnya selalu saja ada yang membuat kita tidak puas dengan hitungan-hitungan bisnis pada saat ingin memulai bisnis dan pada saat menjalankannya. Kenyataannya intuitive intellectual malah yang sering kugunakan.... Jadi asahlah itu. (Aku menggunakannya tetap setelah berhitung yah.., tidak main hajar pakai intuisi, maklumlah pemodal dengkul kawannn....)
  8. Ingat No. 1

Mudah-mudahan semua pembelajaran ini sudah kutulis dan akan kuingat terus...



No comments:

Post a Comment