Sunday, August 16, 2009

Kemandirian Bisnis

Weekend di rumah sakit. 17 Agustusan di rumah sakit. Anak terkecil sedang mondok di rumah sakit karena demam berdarah. Hasil lab rumah sakit membuktikan bahwa ternyata penyakit yang didera adalah demam berdarah, bukan paratypus seperti diagnosis dokter yang biasa kami kunjungi. Jadilah berakhir pekan panjang disini. Tempat yang paling tidak disenangi banyak orang.

Bagiku hal ini tentu saja merupakan kabar sangat buruk. Mengharapkan akhir pekan bisa berlibur karena baru saja menghabiskan banyak waktu di tempat asing yang jauh dari rumah. Tapi tak apalah, pasti ini semua ada hikmahnya. Aku terpekur untuk mencari-cari hikmah yang terpendam.

Pencarian hikmah ini berujung pada penghitungan berkat yang telah kuterima sepanjang hidupku. Aku bersyukur, bahkan disaat aku harus menjagai anakku. Hmmmm….jarang banget ini terjadi, bisa-bisanya aku bersyukur hehehehehe….

Dan aku menulis ini diatas sofa ruang kamar perawatan anakku disaat jam sedikit lagi menunjuk ke pukul delapan pagi. Disaat anakku yang sakit tengah tertidur kembali setelah dibasuh, sarapan dan minum obat pagi dan kedua anakku yang lain tengah menonton Mr. Bean versi kartun ditemani ibunya, aku berinisiatif menulis mengisi kekosongan waktu. Desir sejuk lembut hembusan mesin AC mengantar semangat menulis, walau bukan ditempat sempurna untuk menulis.


Cukup intro nya.

Saat ini aku ingin menuangkan sedikit yang kualami selama sebulan ini.

Pada saat ini aku tengah memberi seluruh divisi sebuah kepercayaan yang sangat besar. Aku telah menulis sebuah surat dinas pertama di tahun 2009. Isi surat ini sebenarnya bukan barang baru. Sering kuucapkan bahwa aku ingin mereka untuk mandiri. Seluruh divisi yang ada harus mampu berperang dengan bermodalkan strategi dari markas besar tanpa kehadiran Presidennya di medan laga. Kepala divisi seyogyanya adalah Jenderal perang yang mempunyai otoritas penuh mengendalikan anak buahnya untuk berperang meraih kemenangan. Aku tegaskan lagi hal ini melalui surat dinas.

So, surat dinas merupakan penegasan yang membuat resmi semua ucapanku….

Aku bukan orang yang mudah percaya dengan orang lain, tapi aku mulai percaya mereka. Kemandirian merupakan kepercayaan yang lebih besar lagi.

Setiap kepercayaan akan melahirkan tanggung jawab. Kepercayaan dan tanggung jawab berjalan paralel. Semakin besar kepercayaan yang diberikan maka akan melahirkan sebuah tanggung jawab yang besar pula.

Orang yang pintar akan mengerti. Acap kali modal kemengertian saja sering menolak kepercayaan. Kemengertian saja tidak cukup. Kemengertian perlu ditambahkan nyali agar menjadi sempurna. Nyali membuat keberanian dalam bertindak. Orang berani biasanya jujur.

Oleh karena itu menurutku, strategi kemandirian merupakan hal yang sangat tepat. Aku jadi bisa menilai semua karyawanku dengan lebih adil. Ujungnya nanti adalah tentu saja "reward and punishment" pada review akhir tahun.

Disamping itu keberhasilan memelihara kemandirian yang berhasil, akan membuat perusahaan besar dan sejahtera. Tibalah saatnya memang untuk membuktikan semua ini bagi mereka. Aku berharap kami dapat melewati akhir tahun ini dengan kegemilangan agar aku terus dapat memberikan lagi kepercayaan yang lebih besar lagi dan lagi.

Strategi kemandirian tadinya sedikit banyak membuat aku gelisah. Strategi ini akan memandulkan aktifitasku sebagai pekerja. Harus kuakui aku bukanlah seorang yang bernaluri pemilik murni atau investor murni. Aku adalah kombinasi dari itu semua. Otakku selalu bekerja untuk menciptakan peluang dan aku punya kebiasaan untuk membuktikan bahwa peluang itu dapat teralisir dengan timku sendiri atau dengan orang-orang lain. Artinya aku orang yang perlu bekerja dan bekerja sebagai aktualisasi diri.

Jika aku memberikan kemandirian, artinya aku harus konsisten dengan ini. Tugasku hanya memberikan arahan dan petunjuk-petunjuk besar tanpa perlu kehadiran fisik di kantor. Ini memandulkanku sementara kemandirian mereka merupakan keniscayaan.

Saat aku tengah mempersiapkan mentalku menjadi murni seorang pemilik atau investor, tiba-tiba saja aku mendapatkan sebuah peluang baru yang akan kugarap sendiri tanpa mengganggu strategi kemandirian itu. Akhh… senangnya.
Dan inilah aku, semua berjalan dengan keinginan. Benar-benar kembali harus bersyukur.

Saat semua karyawan tengah asyik untuk mengejar target yang kuberikan dalam kemandirian mereka, sedangkan aku tengah fokus menggarap bisnis baru. Semua sedang benar-benar fokus. Aku tidak mau diganggu. Dan aku tidak mau merusak fokus mereka dan keinginanku untuk kemandirian mereka.

Bisnis baru yang kuhandle sendiri tanpa menganggu karyawanku akan membuatku sering bepergian meninggalkan tanah air. Benar-benar nyatalah semua strategi ini. Bagi karyawanku tidak ada lagi kemanjaan hadirnya aku, dan aku benar-benar mendapatkan tantangan yang sesuai. Situasi dan kondisi ini selayaknya mendapatkan icon jempol mengacung, bahkan harusnya dua jempol yang mengacung. Two thumbs up!

Jika Tuhan berkehendak, maka usahaku pasti diberkati sehingga dalam tahun ini aku akan memiliki sebuah merk sendiri untuk sebuah industri kecil. Tanpa mengecilkan bidang jasa dan perdagangan yang selama ini kami geluti, sebuah industri adalah obsesiku sejak awal, sejak belasan tahun lalu. Sering kuucapkan pada semua orang bahwa industri merupakan keinginanku. Menurutku industri adalah yang paling komplit dan komprehensif mengenai bisnis.

Aku benar-benar berdoa agar semua yang tengah kami geluti akan menancapkan fondasi yang lebih kokoh di tahun 2009. Sehingga tahun-tahun mendatang kami dapat mendirikan bangunan indah yang kami idam-idamkan diatas fondasi yang sempurna.

Kucukupkan tulisan ini. Tidak leluasa menulis di rumah sakit bukan? Di tulisan berikut aku akan bagi apa yang aku alami dalam meniti strategi kemandirian dan berpetualang di negeri orang.

Sudah dulu ya, menulis kok di rumah sakit….ada-ada saja!

No comments:

Post a Comment