Thursday, October 1, 2009

Jurang Menganga

Suka nonton tayangan acara motivasi? Suka?
Ok, bagus. Coba stel tv pas acara motivasi. Tapi kali ini jangan menyimak wejangan si motivator. Konsentrasi pada wajah-wajah penonton. Perhatikan dengan seksama. Terus perhatikan. Kecilkan volume suara tv sampai kondisi mute. Terus Perhatikan. Hmmm....pasti kita terkesima.

Ya..wajah-wajah itu terasa begitu dalam dipengaruhi oleh suasana hatinya masing-masing. Terkoneksi begitu mendalam dengan setiap ucapan sang motivator. Tersentuh hatinya, kemudian terpancar dari seluruh mimik wajah. Kita bisa melihat wajah mereka yang sedang terpesona, sesaat kemudian terbahak untuk kemudian tertegun sedih seiring dengan alur cerita motivator. Bahkan ada yang menyeka mata dan hidungnya karena tangis. Wajah yang demikian selalu kita temui dalam tiap acara motivasi yang dipandu oleh siapa saja motivatornya.

Aku bukan seorang motivator. Aku hanya seorang pemimpin perusahaan yang kecil. Dan bagi tiap pemimpin, kupikir, wajib hukumnya memberikan motivasi kepada bawahannya. Akhirnya, akupun seringkali memberikan motivasi kepada bawahanku. Entah seru atau seram motivasi yang kusampaikan, aku tidak perduli. Wong wajib kok...

Pada saat aku menyampaikan motivasi kepada para bawahanku, Ehh...mimik wajah-wajah bawahanku sering berubah-ubah. Seperti pernah kulihat sebelumnya. Dimana yah? Ohh...ya, serupa juga dengan mimik penonton pada acara TV tadi rupanya. Wah hebat dong aku! Motipatorrrr...(pake p)!!

*NARCIST MODE ON*
Walau aku ingin sekali menuliskan bahwa ternyata aku seorang motivator juga (lihat dong mimik wajahnya mereka sama tuhh dengan yang di tipi...), tapi bukan itu yang mau kusampaikan kali ini....
*NARCIST MODE OFF*

Hahahaha...tenang coy.. just kidding.

Ok, yang mau kusampaikan adalah rasa heran.
Yahh....heran terhadap hasil pekerjaan dan perilaku dari mimik-mimik wajah itu. Setelah dimotivasi dengan sebelum, sepertinya kok ya tidak signifikan hasil kinerjanya. Bahkan ada yang grafiknya stagnan. Jadi sebelum dimotivasi skor kinerjanya 60, setelah dimotivasi skor nya tetap 60. Demikian seterusnya. Dimotivasi terus, hasil kinerja tetap 60. Tetap sama. Bertahun-tahun mbulet seperti itu.

Padahal kalau ada suatu alat pengukur semangat, yang parameternya dari mimik wajah, skor nya pasti spektakuler. Sebelum dimotivasi skor semangat 30. Setelah dimotivasi, kemudian diukur dengan alat pengukur itu, aku yakin skor semangat bawahanku pasti diantara 80-100. Bahkan mungkin ada beberapa orang yang akan merusak alat pengukur itu karena nilai skor semangatnya sangat-sangat tinggi sehingga mengagetkan instrumen dalam alat pengukur...byarrr..tuingg...tuingg..pegasnya keluar, tercerabut, meledak dari alatnya -busyettt kaya film kartun aja yahh.

Tapi eperti kusebutkan tadi. Ada kesenjangan (gap) yang lebar antara nilai kinerja dengan nilai semangat. Jurang itu semakin menganga. Sulit untuk dimengerti. Kenapa ya?

Ditengah-tengah keherananku, tiba-tiba tersembul senyum simpul. Aku senang tapi juga kecut pada saat yang bersamaan. Senang karena aku yakin bahwa perasaaan heran pasti tidak dialami oleh diriku saja. Pasti dialami oleh para pemimpin yang lain. Mau bukti? Nih, aku kasih...simak ya.

Acara motivasi sekarang sedemikian menjamur. Tokoh yang mengklaim diri motivator juga buanyakkkk.... Tiap motivator entah siapapun dia memiliki banyak penonton atau fans. Ratusan atau bahkan ribuan yang menonton acara ini. Nah..ada beberapa fans acara motivasi ini yang aku kenal, dan mereka tidak bekerja di perusahaanku loh...
Namun tetap perilaku dan pekerjaan mereka tidak kunjung membaik setelah berulang kali menonton atau mendengar acara motivasi. Perbaikan hanya sebatas kata-kata indah dalam update status facebook. Lebih rajin menulis dengan kalimat indah, sering juga bawa-bawa ucapan Tuhan seperti yang tertulis dalam kitab suci, lebih jago berucap kata-kata bijak....well.....padahal kelakuan masih sama, pekerjaan masih sama....yahhhh gitu-gitu aje...teteup!
Pastilah bos nya geleng-geleng kepala. Mampus-mampus deh lu boss...hahaaha.

Im not alone with this shit...senenggg sekaligus kecut!

Ok, kita teruskan.

Dalam rangka menjawab kenapa ada kesenjangan antara nilai kinerja dengan nilai semangat, belakangan ini aku mulai getol mengamat-amati perilaku beberapa bawahan bahkan juga perilakuku sendiri. Sepertinya, mungkin, aku sudah menemukan jawaban nih...

Begini beberapa kemungkinan.

Mungkin, terbiasa dengan hal instan. Kata-kata terbiasa disini menunjukkan kebiasaan dari kecil yang diperoleh dari lingkungan. Manja. Mau ini dikasi emak. Mau itu dikasi bapak. Mau entu dikasi om, dan seterusnya. Parahnya kemanjaan ini terus diberikan, bahkan, si anak sudah tumbuh bulu yang lebat. Tetap diberikan bahkan bulu itu mulai beruban! Alhasil malas berusaha terbawa hingga kini.

Ada obatnya? Ya ada!
Berhenti manja. Stop perasaan yang harus dikasihani. Jangan menyalahkan masa lalu karena waktu lalu sudah usai, dan hari ini serta esok itu adalah nyata pasti menghampiri. Bersiap dong...lihat..emak dan bapak sudah pensiun tuhhh... Ambil cangkul, cangkul tuh ladang, tanam dan petik hasilnya sendiri. Mau nyuruh bapakmu yang bangkotan itu macul??
Kenapa ga mau nyangkul?? Ladang tidak bisa berbuah sendiri. Mie instan aja tidak bisa langsung ditelan bukan? Phuihhhh.......

Kemungkinan lain adalah karena kebingungan menuangkan semangat juang yang membara tadi kedalam perjuangan yang sesungguhnya.
Ketika motivator berkata kita harus berpikir positif dan berdoa kepada Tuhan tidaklah kita lakukan dikamar tidur sambil berpikir yang indah-indah, berpikir dan membayangkan kesuksesan didepan mata, kemudian berdoa serius. Padahal hari sudah siang dan heyyy...ini bukan hari libur...tok..tok...tok...(ngetok jidat), kerja woiii....

Atau berpikir positif yang seperti ini , "ahh semua akan beres seperti yang lalu-lalu, bos tidak akan pernah tahu kalau barang-barang ini sudah di mark-up!"
Haloooo....itu bukan berpikir positif yah...itu namanya menenangkan diri....
Kesejahteraan tidak bisa dicapai dari berkhayal, hanya berwacana atau menenang-nenangkan diri, atau sembahyang melulu....

Hati yang mudah tersentuh menjadi bersemangat setelah mendengar acara motivasi itu baik, tapi harus diikuti dengan semangat bekerja. Semangat bekerja inilah yang menentukan. Mimik wajah tidak penting coy... Jangan pasang wajahmu seolah-olah kau mengerti. Jangan update status facebook dengan kata-kata bijak dan selalu bernafaskan Tuhan. Hentikan juga ucapan-ucapan bijakmu. Kalau nilai pekerjaanmu dan perilakumu hanya begitu-begitu saja, hanya buat pembacanya mules. Yakinlah...mules.

Duna ingin merasakan pergerakanmu menuju kesuksesan itu. Ibarat dalam buku cerita silat china, kalau ada pendekar yang ilmunya tinggi sedang berlatih silat atau sedang bertarung, maka desiran udara akibat gerakan-gerakan dari jurus yang maha dasyat akan terdengar. Wutt...wuttt...bettt...betttttt...... Nah seperti itu. Begitu terasa seluruh jurus itu. Begitu nyata. Lakukan seperti itu ketika bekerja. Biarkan sekelilingmu merasakan pergerakanmu yang serius itu. Biarkan seluruh rekan kerjamu mengagumi usaha kerasmu bekerja dan bekarya. Bukan usaha kerasmu ingin dikasihani, ingin dimengerti. Bukan usaha kerasmu menyalahkan si ini, si itu dan lain-lain. Mulutmu diam! Percuma, ujungnya tiada yang mengasihanimu, tiada yang mengerti, tiada yang mau selalu disalahkan. Ubah nasibmu dengan bekerja lebih fokus, lebih bersemangat, lebih jujur, lebih smart dan lebihkan berkali-kali lipat dari sebelumnya. Mulutmu diam!

Masih banyak kemungkinan-kemungkinan lain, silahkan pikir dan tambahkan sendiri. Aku sudah gerah dengan perilaku ini. Sudah muak aku menulis ini..masa motipator (lagi-lagi pake p), kerjanya menulis terus...hehehehe...menganga nanti jurang itu!

No comments:

Post a Comment