25 Des 2009.
Tanggal ini adalah hari Natal. Hari yang diperingati umat kristiani sebagai hari Kelahiran Yesus Kristus. Yesus diyakini oleh pengikutnya sebagai satu-satunya jalan menuju surga. Hal ini diyakini mereka karena Yesus blak-blakan menyatakan dirinya demikian, disamping tercatat dalam sejarah, Yesus banyak membuat “keheranan” publik karena mukjizat yang terjadi pada dirinya dan perbuatan kasih yang dilakukan sepanjang hidupnya.
Kalau ada yang bertanya apakah Yesus benar-benar lahir pada tanggal 25 Des? Well, tentu saja tidak, dulu kan belum dikenal akte kelahiran..hihihi. Menurut banyak “ahli pertanggalan”, kelahiran Yesus terjadi pada awal-awal Januari kalender sekarang. Apakah ini suatu masalah. Kelihatannya tidak karena pada kenyataannya, banyak yang merayakan Natal sejak awal Desember atau bahkan Januari tahun depannya. Ini sekedar simbolistik. Makna peringatan dan perayaan itulah yang penting.
Kemudian banyak yang mengkritisi bahwa tanggal 25 Des adalah tanggal untuk memperingati dewa matahari. Jadi memperingati Natal sama saja dengan memperingati dewa matahari. Berhala dong? Nahhh…kali ini pasti menjadi masalah bukan? Ternyata tidak juga. Ini sama seperti tetangga yang kebetulan datang ke pesta ulang tahun anak kita. Tiba-tiba tetangga itu menemukan bahwa tanggal ultah anak kita sama dengan tanggal ultah neneknya. Jadi pastilah kita juga sedang merayakan ultah neneknya. Lha ini ultah anak kami massss….., kalau mau rayakan ultah nenekmu jangan disini ya masss…hehehe. Kembali lagi pada esensi makna peringatan dan perayaan itu sendiri.
Hmmm…makna Natal melulu. Jadi apa makna Natal bagiku?
Hehehe..ini rada sulit menjelaskannya. Tapi baiklah akan kujelaskan seringkas mungkin. Makna Natal menyangkut pengertian beban berat dan sukacita yang datang bersamaan. Persis mata uang yang punya dua sisi, jika sebelah sisinya rusak, maka uang tersebut menjadi tidak laku di pasar.
Ok, sekarang mau cerita beban dulu atau sukacita dulu? Jika aku harus memilih maka aku akan menceritakan sisi beban dulu.
Ini bebannya.
Walau aku bukan seorang kristiani yang baik, namun tetap saja hari peringatan ini tetap penting. Pada waktu aku kecil hari Natal berarti sukacita karena berkumpul bersama teman-teman di gereja. Sukacita karena berkumpul dengan para saudara jauh. Sukacita karena ada pakaian dan sepatu baru. Mungkin orang tuaku hanya mampu berbelanja setahun sekali untuk kebutuhan sandang…hehehehe..
Namun seturut bertambahnya umur, maka makna perayaan Natal sungguh menjadi jauh berbeda. Sekarang tiap Natal tiba, itu berarti mengingatkan untuk berbuat dan berkorban demi manusia lain tanpa memperhatikan apa dan siapa manusia itu. Ini seperti bercermin pada kehidupan Yesus dulu. Menjadi pengikutnya ya tentunya harus mau menjalankan perintah-perintahnya.
Beratttt coyyy…
Dia pernah bilang, agar aku mengasihi musuhku. Kalau aku membenci musuhku, apa bedanya aku dengan orang-orang yang tidak mengenal Yesus?
Dia juga pernah bilang, kalau pipiku digaplok orang, kasikan lagi pipi sebelahnya.
Dia bilang juga, kalau aku mau membantu orang jangan tanggung. Ada orang yang minta dianter 1km, anter lah 2 km. Jika ada orang yang minta bajuku, aku harus kasi sekalian sama jaket kulit yang aku kenakan.
Dia bilang juga, supaya aku harus berjaga-jaga terus, berbuatlah baik terus karena Dia bisa tiba-tiba datang lagi sewaktu-waktu (kiamat nih maksudnya kaliii hihihi). Jadi pas Dia datang secara tiba-tiba, aku dalam posisi yang senantiasa berjaga-jaga dengan ajaranNya. Kalau tidak yahh..habislah aku.
Anehhh banget… Banyak lagi yang Dia bilang. Semuanya beratttt.
Karena egoku, aku tak yakin mampu, tapi itulah makna sesungguhnya sekarang bagiku. Mampu tak mampu harus dicoba, bisa tak bisa harus diupayakan. Menjadi yesus kecil! Mati dehhh. Beban dong? Pastilahhh..hehehehe…
Apa tidak ada sukacitanya?? Ya tentu saja ada. Ini dia.
Ibarat mata uang yang punya dua sisi kan. Sukacita yang timbul adalah karena memperingati dan merayakan seorang individu yang memberi harapan, bahwa aku bisa ke surga.
Sukacita karena aku masih mempunyai harapan. Tidak banyak orang yang dapat sebuah harapan, tapi aku punya!
Dia soalnya janji, bahwa dia sudah membayar lunas aku. Dia bilang aku sudah dicatatNya dalam buku surga. Tinggal usahaku mempertahankannya. Seratus persen aku sudah ada di buku itu, tapi jika aku main-main, maka persentasinya bisa menjadi nol persen.
Well, at least, Dia sudah janji. Harapannnnn coyyy…
Itulah mata uang Natal bagiku.
Met Natal para sahabat! Maknai Natalmu dengan baik ya…
Aduhhh….masih aja kepikiran bebannya…mana tahannnnn… upsss….semangatttt, semangattt…fokus pada harapan, itu sikap otimis untuk maknai Natal!
No comments:
Post a Comment